DARTH VADER (BACA: DIOKSIN) KALI SURABAYA
Darth Vader |
Bagi
penggemar STAR WARS, nama Darth Vader tidak asing lagi. Darth Vader adalah tokoh
antagonis paling terkenal dalam serial STAR WARS. Darth Vader, dalam kasus
pencemaran lingkungan, adalah dioksin dan senyawa yang menyerupai dioksin. Dioksin
adalah senyawa yang menjadi perhatian utama dalam permasalahan pencemaran
lingkungan dan kesehatan. Dioksin tidak diproduksi, namun merupakan produk
sampingan dari pembakaran, produksi bahan kimia, pemutih pada proses produksi
industri bubur kayu dan kertas, serta proses produksi lainnya. Pelepasan
dioksin ke perairan dari pabrik pulp dan kertas menjadi isu penting 35 tahun yang
lalu di AS. Pada tahun 1982, EPA (KLHK versi AS) menerbitkan Clean Water Act
(CWA) yang mengatur pembatasan buangan limbah cair dan teknologi yang digunakan
berdasarkan standard yang diinginkan. Tahun berikutnya, EPA menginisiasi survei
nasional pemantauan tingkat dioksin di lingkungan sebagai bagian dari rencana‘STRATEGI
DIOKSIN’. Hasil survei menunjukkan,
bahkan pada lokasi yang dianggap sebagai lokasi yang minim pencemaran dioksin
pada kenyataannya memiliki konsentrasi dioksin yang tinggi. Penelitian dan
kebijakan terkait dioksin sudah dimulai sejak tahun 1949. Berikut ini adalah
sejarah keilmuan dan kebijakan terkait dioksin[1].
Tabel 1 Sejarah keilmuan dan
kebijakan pengendalian dioksin
1949
|
USDA mendaftarkan 2,4,5-T sebagai pestisida
|
1957
|
TCDD diidentifikasi sebagai penyebab chloracne
|
1966
|
USDA dan FDA menetapkan batas residu untuk 2,4,5-T
dalam makanan
|
1969
|
Penelitian laboratorium awal menunjukkan hubungan
antara 2,4,5-T dan TCDD sebagai penyebab cacat lahir
|
1970
|
AS berhenti menggunakan agen oranye (termasuk di
dalamnya 2,4,5-T) di Vietnam
|
1971
|
EPA membatasi penggunaan 2,4,5-T dalam rumah tangga
|
1972
|
Kontroversi terkait proses pengambilan keputusan
2,4,5-T oleh EPA
|
1974
|
CDC (Center for Disease Control) mengidentifikasi
dioksin adalah bahan beracun dalam oli bekas Missouri
|
1976
|
Kecelakaan industry di Sveso (Italia) melepaskan
dioksin dalam jumlah besar
|
1977
|
Amandemen Peraturan Udara Bersih (Clean Air Act)
memasukkan dioksin dan furan dalam daftar pencemar udara yang berbahaya dan
beracun
|
1978
|
Penelitian pertama EPA yang membuktikan keterkaitan
antara keguguran dan penggunaan herbisida di Alsea (Oregon). Peneliti Dow
Chemicals Co. melaporkan bahwa TCDD adalah karsinogen dalam penelitian
laboratorium
|
1979
|
Alsea II mengevaluasi data keguguran dan penggunaan
pestisida 2,4,5-T. EPA dituduh meningkatkan resiko. EPA menghentikan
penggunaan 2,4,5-T. Veteran perang Vietnam memulai gugatan class action.
Dioksin dan furan teridentifikasi merupakan emisi dari pembakaran limbah industry
|
1981
|
Laporan 5 tahunan SVESO menemukan tidak ada dampak
kesehatan lain, selain chloracne dari dioksin. Kelompok peneliti kanker EPA
memperkirakan dioksin sebagai karsinogen paling potensial yang pernah
diketahui
|
1982
|
Program Nasional Toksikologi melaporkan hasil
paparan dioksin terhadap pembentukan kanker pada hewan uji
|
1983
|
EPA menerbitkan strategi nasional yang dimandatkan
oleh kongres AS untuk menginvestigasi, identifikasi, dan memulihkan lokasi
yang terkontaminasi dioksin
|
1984
|
EPA membatalkan pendaftaran 2,4,5-T. Peraturan
Limbah Padat Beracun dan Berbahaya (Hazardous Solid Waste Act) mendorong EPA
untuk mengevaluasi resiko yang dihasilkan oleh emisi dioksin dari fasilitas
pembakaran sampah kota
|
1985
|
EPA merevisi pemantauan kesehatan dioksin, dan
menurunkan resiko kanker yang diperkirakan melebihi 2
|
1987
|
Kelompok peneliti EPA merekomendasi untuk mengubah
potensi kanker menjadi sedang. EPA mengembangkan factor ekuivalen racun
(Toxic Equivalency Factors atau TEFs) untuk dioksin dan senyawa seperti
dioksin
|
1990
|
EPA menerbitkan standar kinerja sumber baru (New Source
Performance Standards) untuk fasilitas pembakaran sampah kota dengan batas
emisi total dioksin dan furan mencapai 30 ng/m3
|
1991
|
Studi epidemologi NIOSH menunjukkan bahwa dioksin
adalah karsinogen untuk manusia, hanya pada paparan dengan konsentrasi
tinggi. EPA menginisiasi pemantauan ulang dioksin
|
1994
|
EPA membuat draft laporan pemantauan ulang untuk
potensi dampak kesehatan bukan kanker dalam kisaran paparan yang terjadi pada
skala rumah tangga. Henry Waxman, Barry Commoner dan aktivis lingkungan
lainnya mengusulkan pelarangan klorin (Environment Reporter,9/30/94, hal.
1133)
|
AOX (absorbable organic halides) adalah uji yang
digunakan oleh peneliti Swedia. EPA Swedia atau SEPA sudah mulai melakukan
pengaturan sejak tahun 1986 untuk mengurangi total organoklorin yang terdapat
dalam buangan limbah cair. Swedia bergantung pada AOX karena merupakan metode
pengukuran yang tidak mahal dan dapat dipertanggung jawabkan secara teknik.
AOX tidak hanya mengandung klor, tetapi juga bromida
(Br) dan Iodida (I). Parameter ini juga mencakup sebuah kelompok besar senyawa,
mulai dari senyawa volatile sederhana macam triklorometan (kloroform), atau
molekul organic kompleks seperti dioksin/furan dengan berbagai karakteristik
racun. Hampir seluruh senyawa kimia yang dikenal sebagai pencemar organic persisten
(POPs) seperti PCB (polychlorinated biphenyls), DDT, dan dioksin adalah
komponen terhalogenasi. Namun, berbagai komponen organic terhalogenasi terdapat
dalam analisis AOX. Komponen AOX mendapatkan perhatian khusus karena mereka
tidak mengalami penguraian dalam jangka waktu yang panjang, dan terakumulasi dalam rantai makanan. Tiga
senyawa penting dalam AOX yang menjadi perhatian:
1. Kelompok
klorofenol. Pada sebuah kasus dimana seorang pria terpercik 2,4-diklorofenol
murni pada tangan dan kaki mengalami kematian tak lama setelah kejadian.
Pekerja yang memproduksi pestisida dari klorofenol dan terpapar melalui
pernafasan dan kulit mengalami jerawat dan luka pada hati. Resiko terkena
kanker juga lebih tinggi pada pekerja yang membuat/ menggunakan pestisida dalam
jangka waktu lama. Studi laboratorium menunjukkan bahwa tikus yang diberi minum
klorofenol dalam konsentrasi yang tinggi
mengalami kerkusakan pada hati dan system imun[2].
2. Kloroform.
Menghirup kloroform dalam konsentrasi yang sangat tinggi >900 ppm dalam
jangka pendek menyebabkan kelelahan berlebihan, pusing, dan sakit kepala.
Apabila menghirup, memakan, dan meminum air yang mengandung kloroform pada
konsentrasi yang rendah dalam jangka waktu panjang menyebabkan kerusakan hati
dan ginjal. Dalam percobaan
laboratorium, tikus yang menghirup dan mengkonsumsi kloroform dengan kisaran 30-300
ppm selama masa kehamilan akan mengalami keguguran. Sedangkan pada jantan akan
menghasilkan sperma abnormal dan keturunan yang induk terpapar mengalami cacat
lahir. Pada beberapa penelitian pada manusia, mengkonsumsi air yang
terklorinasi menunjukkan keterkaitan dengan kejadian kanker kolon/usus dan kandung kemih. Oleh karenanya, IARC
(International Agency for Research on Cancer) mengelompokkan kloroform sebagai
kemungkinan karsinogen pada manusia (2B)[3].
3. Dioksin
dan Furan adalah senyawa kimia paling beracun yang pernah ditemui. Paparan
jangka pendek oleh dioksin/furan menghasilkan penyakit macam chloracne dan
penghitaman kulit serta perubahan fungsi hati. Sementara paparan jangka panjang
dikaitkan dengan gangguan pada system imunitas, perkembangan system syaraf,
endokrin, dan fungsi reproduksi. Paparan kronik senyawa ini menghasilkan
beberapa tipe kanker. Berdasarkan data epidemiologis manusia, TCDD dikategorikan
sebagai karsinogen pada manusia. Kelompok paling rentan terhadap paparan
dioksin adalah janin yang sedang berkembang. Sementara bayi yang baru lahir
yang masih dalam proses perkembangan system organ juga menjadi kelompok yang
rentan. Beberapa orang mungkin terpapar oleh dioksin dalam jumlah besar akibat
makanan (misal: konsumsi ikan pada lokasi tercemar dioksin) dan jenis pekerjaan
(pekerja pada industry pulp dan kertas, incinerator, dan fasilitas pengelolaan
limbah B3)[4]
Tabel 2 Pengembangan regulasi
pengelompokan industri pulp dan kertas
1983
|
·
EPA menginisiasi survei nasional dioksin, dan
mendeteksi peningkatan konsentrasi dioksin di hilir pabrik pulp dan kertas
|
1984
|
·
EDF (Environmental Defense Fund) dan NWF (National
Wildlife Federation) memasukkan petisi yang meminta EPA untuk mengatur
dioksin dan furan dari semua sumber yang diketahui. EPA menolak petisi
|
1985
|
·
EDF dan NWF mengajukan gugatan
|
1986
|
·
Juni. EPA, NCASI, dan Institusi Kertas Amerika (API)
setuju untuk melakukan penelitian 5 pabrik, guna mendeteksi TCDD dan TCDF
pada limbah, sludge dan pulp dari industry
pulp dan kertas.
·
Greenpeace menginisiasi regulasi kebebasan informasi
(FOIA) dengan meminta seluruh informasi yang tersedia terkait permasalahan
dioksin pada pabrik pulp dan kertas
|
1987
|
·
Amandemen Regulasi Air Bersih menetapkan batas waktu
pada EPA dan negara untuk menyebutkan pencemar beracun.
·
Januari, surat dari EPA ke API dibocorkan kepada
ahli lingkungan, yang menunjukkan bahwa: (1) pegawai EPA setuju untuk memberitahu industry sesegera
mungkin permintaan data yang tercantum dalam FOIA; (2) hasil yang
mengindikasikan potensi ancaman terhadap kesehatan manusia tidak akan dibuka
hingga publikasi dari laporan final penelitian.
·
Agustus. Greenpeace AS menerbitkan laporan yang menuduh EPA menutupi hasil
penelitian
·
Septermber. Koran NY Times memuat laporan yang
mendeteksi dioksin pada produk kertas rumah tangga. Laporan didasarkan pada
penelitian 5 industri dan melakukan pengukuran dioksin pada produk kertas
|
1988
|
·
EDF, NWF, dan EPA menandatangani surat keputusan
persetujuan untuk melakukan pemantauan resiko secara menyeluruh dari dioksin
dan furan yang terdapat dalam sludge, limbah cair, dan produk yang dihasilkan
dari 104 industri bubur kertas dan seperti yang diamandemenkan pada tahun 1992
untuk mengajukan regulasi terkait buangan dioksin dan furan ke air permukaan
dari industry pada 31 oktober 1993
·
EPA menerbitkan strategi terkait emisi dioksin dari industry
pulp yang memaksa industry kertas untuk memonitor dioksin dan mengadopsi control
pemantauan jangka pendek (Hanmer, 1988; EPA-V 1988)
·
EPA dan industry mulai penelitian 104 industri
·
Penelitian ahli Swedia menghasilkan indicator AOX
(adorbable organic halides) yang digunakan oleh EPA pada tahun 1993 untuk
menentukan batas buangan limbah cair
|
1989
|
·
EPA menginisiasi pemantauan inter-lembaga, inter-kantor
sludge, buangan limbah cair dan produk pulp dan kertas
·
Maret dan Juni. Hasil pertama dari penelitian 104
pabrik diterbitkan
|
1990
|
·
EPA menerbitkan pemantauan resiko paparan dioksin
dan furan terhadap manusia, satwa liar dan burung serta hewan air yang
berasal dari pembuangan dan penggunaan sludge dari pabrik pulp dan kertas
kraft dan sulfit. Berdasarkan penelitian 104 pabrik, guna melindungi kesehatan satwa liar,
membutukan konsentrasi TCDD (dioksin) pada tanah sebesar 4-400 kali lipat lebih rendah
daripada konsentrasi yang dibutuhkan untuk mencegah resiko kesehatan pada manusia
|
1991
|
·
Mei. Berdasarkan surat keputusan persetujuan bersama,
EPA mengajukan regulasi sludge pabrik pulp dan kertas yang didasarkan TSCA
(Toxic Substance Control Act) pasal 6. Batasan 10 ppt (ng/L) untuk
konsentrasi dioksin/furan yang diperbolehkan untuk paparan dalam tanah
(menghasilkan estimasi dampak resiko kesehatan manusia kurang dari 10-4)
dan melibatkan pemantauan untuk pabrik yang mengajukan laporan tahunan dan
mengelola data mengenai tanah, aplikasi dan analisis laboratorium.
·
Juli. OMB keberatan terhadap permintaan pengumpulan
informasi (Environment Reporter, 8/16/91, hal 1058)
|
1992
|
·
EPA mengumumkan untuk mencari persetujuan sukarela
dengan industry terkait peraturan pada pabrik pulp dan kertas (Environment
Reporter,12/24/93, hal 1545-1546)
|
1993
|
·
September. NRDC dan 55 kelompok lingkungan mengajukan
petisi berdasarkan CWA pasal 307(a) agar EPA melakukan pelarangan buangan
dioksin/furan oleh industry pulp dan kertas dengan melarang penggunaan klorin
disbanding mengelola dioksin melalui standar BAT dibawah regulasi kelompok industry
pulp dan kertas
·
Desemer. EPA mengajukan regulasi pengelompokan industry
pulp dan kertas berdasarkan standar BAT
|
1994
|
·
Februari. Saat audiensi pengajuan regulasi
pengelompokan, perwakilan industry menuduh EPA tidak berdasarkan keilmuan dan
melebih-lebihkan keuntungan yang didapatkan industry dari pengggunakan baku
mutu terbaru.
·
Asisten administrasi riset dan pengembangan EPA,
Robert Huggett melaporkan bahwa substitusi untuk klorin dioksida untuk klorin
elemental mengurangi bahan kimia yang terakumulasi dalam jaringan lemak
hingga batas deteksi alat (Environment Reporter, 2/18/1994, hal 1783-1784
·
April. EPA dan industry pulp dan kertas mengumumkan
perjanjian sukarela terkait pembuangan sludge tercemar dioksin pada tanah dan
menghasilkan best practice pengelolaan. Tidak ada pembatasan penggunaan
sludge kika konsentrasi dioksin dan furan kurang dari 10 ppt. Untuk padang
rumput, batas konsentrasi adalah 1 ppt. Pada 50 ppt, sludge tidak dapat
diaplikasikan pada tanah
|
1996
|
·
Berdasarkan data terbaru,terkait kinerja lingkungan
pabrik pulp dan kertas yang mengganti klorin dengan klorin dioksida, EPA
mengumumkan 2 pilihan BAT untuk sub-kategori pulp dan kertas
|
Baku mutu New South Wales (NSW) untuk landfill
sampah/limbah padat memasukkan AOX sebagai parameter pemantauan air tanah
dengan baku mutu 10 mg/L, sementara untuk air bersih/ minum batasannya adalah
20 µg/L[5].
Pengaturan baku mutu AOX dalam air limbah juga dilakukan oleh German. Nilai
ambang batas atau bakumutu yang ditetapkan oleh pemerintah German untuk AOX
adalah 0,1 mg/L dan 100 kg/a. Mengingat besarnya
ancaman senyawa yang terkandung dalam AOX terhadap kesehatan, maka menjadi
kebutuhan untuk melakukan pemantauan secara rutin untuk melindungi kesehatan
masyarakat atau warga negara.
Kekhawatiran kami, Indonesia Water Community of Practice (IndoWater CoP) terhadap produksi AOX
yang dihasilkan oleh pabrik pulp dan kertas berawal dari temuan sebuah tesis
yang menguji kandungan AOX air sungai/ badan air setelah buangan limbah cair dua industri pulp
dan kertas terbesar pada tahun 2008. Dengan menggunakan inisial, Yasmidi menyebutkan dua industri besar yang
satu berada di DAS Siak (inisial I) dan lainnya Kampar (inisial R). Hasil pengujian menunjukkan kandungan
AOX dari limbah cair PT. I sebesar 2,330 ppm (0,0982 kg/ADT) pada pagi hari
(surut) dan 3,200 ppm (0,1349 kg/ADT) pada sore hari (pasang), sedangkan untuk
PT. R adalah 0,1511 ppm (0,0071 kg/ADT) pada pagi hari (surut) dan 0,5236 ppm
(0,0245 kg/ADT) pada sore hari (surut). Kedua industri telah memenuhi baku mutu
AOX yang berlaku di Swedia (0,2 kg/ADT). Walaupun dengan kisaran yang memenuhi
baku mutu Swedia, namun prediksi resiko AOX terhadap kesehatan manusia
menunjukkan bahwa ikan di sungai Siak dan Kampar dalam daerah 4 km ke hulu dan
16 km ke hilir effluent diprediksi tidak layak untuk dikonsumsi[6].
Buangan limbah cair PT. Pakerin |
Berdasarkan
penelitian tersebut, IndoWater CoP bekerjasama dengan WLN (Water Laboratory
Nusantara) melakukan pengujian terhadap 3 industri kertas: Mega Surya Eratama
(MSE), Pakerin, dan Mount Dream Indonesia (MDI). Untuk pengukuran AOX, sampel
harus dikirimkan ke kantor pusat WLN Belanda.
Hasil uji limbah cair (effluent) dengan parameter AOX terhadap MSE, Pakerin,
dan MDI adalah sebagai berikut secara berurutan (mg/L): 0,14; 0,7; 0,105.
Terdeteksinya AOX dalam buangan limbah cair ketiga industri ini memunculkan
kekhawatiran mengingat terdapat setidaknya 16
industri pulp dan kertas di Jawa Timur yang mayoritas berada di DAS
Brantas dan di bantaran sungai. Belum lagi, industri pulp dan kertas bukanlah
satunya-satunya sumber penghasil AOX (berikut dioksin/furan, kloroform). Segala
kegiatan yang menggunakan klorin seperti: produksi air bersih (PDAM), usaha
laundry, tekstil, dan rumah sakit juga menghasilkan AOX namun dalam konsentrasi
yang berbeda-beda. Peningkatan baku mutu menjadi kebutuhan dan tidak terelakkan
apabila pemerintah (a.k.a Luke Skywalker) memang benar-benar menginginkan untuk melindungi warganya
dari pencemaran dan mendapatkan lingkungan yang sehat.
Menutup tulisan ini,
dengan mengutip ucapan Darth Vader (The Empire Strikes Back) ‘ If you only knew
the power of the dark side/ jika saja kamu mengetahui kekuatan kegelapan’ dan
menggunakannya dalam kasus lingkungan maka akan menjadi ‘Jika saja kamu
mengetahui dampak racun dioksin/furan dan senyawa beracun lainnya terhadap
kesehatan manusia”. Darth Vader lingkungan bukan tokoh fiksi ilmiah yang ketika cerita selesai maka selesai
pulalah perannya. Darth Vader lingkungan (dioksin/furan dan senyawa menyerupai
dioksin) menetap dalam lingkungan (air, tanah, satwa liar, hewan air) dalam
jangka waktu yang lama. Sehingga pengendaliannya harus dilakukan langsung pada
sumber dan dilakukan secara serius untuk meminimalisir dampak.
Pemutihan (Virgin) Pulp Secara Kimia
|
Pemutihan Pulp Secara Mekanis Dan Semi-Mekanis
|
·
Produksi dan dilepaskannya bahan pencemar tertentu dari proses kimia
pemutihan pulp sangat dipengaruhi bahan kimia yang digunakan dan perubahan
industri dari klorin ke ECF (elemental free chlorine) mengubah karakteristik limbah
|
· Pemutihan pulp
daur ulang biasanya menggunakan sodium hipoklorit atau bahan kimia non klorin
seperti hydrogen peroksida, sodium hidrosulfit, atau formamidine sulfinic
acid (FAS). Pabrik yang tidak menggunakan hipoklorit atau bahan kimia yang
mengandung klorin dikatakan bebas klorin (process chlorine free atau PCF)
|
· Kloroform adalah
produk sampingan dari penggunaan pemutih dengan sodium hipoklorit, klorin,
dan klorin dioksida.
|
· Kloroform
dihasilkan sebagai produk sampingan dengan menggunakan sodium hipoklorit.
· Produksi
kloroform dari proses pemutihan pulp daur ulang sama dengan pemutihan virgin
pulp.
|
· Dioksin dan
furan merupakan hasil sampingan dari proses pemutihan. Dioksin dan furan yang
dihasilkan terbatas 2,3,7,8 TCDF dan TCDD.
· TCF (Totally
Chlorine Free) akan menghasilkan nilai TCDD/F dibawah batas deteksi alat
|
· 2,3,7,8-TCDD/F ditemukan
dalam konsentrasi yang lebih rendah dari limit deteksi. Pada beberapa kasus TCDF
juga ditemukan dalam produk kertas
|
· AOX. Penggunaan pemutih
secara kimiawi menyebabkan sebagian konsentrasi menempel pada material organic,
menghasilkan senyawa organic terklorinasi.
· Proses kimia
menggunakan klorin dioksida menghasilkan senyawa organic terklorinasi yang
lebih rendah dan menghasilkan AOX yang lebih rendah. Sementara TCF
menghasilkan AOX.
· Penggunaan
klorin dan klorin dioksida di awal proses bleaching akan mempengaruhi jumlah
AOX yang terbentuk. Pulp yang berasal dari kayu keras membutuhkan konsentrasi
bleaching yang lebih rendah dibandingkan kayu lunak. Penggunaan
· Penggunaan
oxygen delignification dan/ memperpanjang proses memasak akan mengurangi
jumlah bahan kimia yang digunakan pada proses pemutihan dan mengurangi jumlah
AOX yang dihasilkan
· AOX dapat
dikurangi melalui proses pengelolaan limbah secara biologis hingga 50-70%.
|
· AOX terbentuk
akibat penggunaan sodium hipoklorit.
· Limbah yang
berasal dari system pemutihan pulp atau buangan limbah cari tidak banyak
diukur dan dilaporkan. Penggunaan PCF tidak akan menghasilkan AOX dan
penggantian dari hipoklorit akan membantu mengurangi AOX yang dilepaskan
|
· Senyawa fenol
terklorinasi. Senyawa ini menjadi perhatian karena sifat racunnya terhadap
makhluk hidup dan resistensinya terhadap pengelolaan limbah secara biologi.
· Kelompok senyawa
ini termasuk tri-, tetra-, dan penta-fenol, katekol, dan guaiacol.
|
·
|
[1]
Powell, Mark R. 1997. Control of dioxins (and other
organochlorines) from the pulp and paper industry under the Clean Water Act and
lead in soil at Superfunding Mining Site: two casestudiesn in EPA’s use of
science. Resources for the Future. 65
hal
[2]
ATDSR. 1999. Toxicological profile for chlorophenols. https://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/tp107.pdf
[3]
ATSDR. 1997. Public Health Statement Chloroform #CAS
67-66-3. https://www.atsdr.cdc.gov/ToxProfiles/tp6-c1-b.pdf
[4] WHO. 2016. Dioxins and their effects on human health. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs225/en/
[5]
ALS Environmental. 2013. Absorbable Organic Halides
(AOX) in water. Enviromail#65
[6]
Yasmidi. 2008. Analisis kandungan senyawa organic terklorinasi
(AOX) pada perairan di sekitar industry pulp dan kertas. Tesis. ITB
[7] National Council for Air and Stream Improvement (NCASI). 2013. Environmental
footprint comparison tool kit: a tool for understanding environmental decision
related to the pulp and paper industry. Effects of decreased release of
chlorinated compounds on discharge to water. 4 hal
makasih udah share yah kak
BalasHapusalfamart karir