PLASTIK DALAM SAMPAH POPOK SEKALI PAKAI (POSPAK)
Proyeksi
konsumsi (sampah) plastik diperkirakan mencapai 4.3 jutan ton di akhir tahun
2015. Peningkatan 22.58% dibangkan tahun lalu, dimana 65% nya berasal dari
kemasan dan 35% merupakan permintaan industry alat rumah tangga, pipa,
furniture, elektronik dan lain sebagainya. Plastik juga merupakan salah satu bahan
penyusun popok sekali pakai (POSPAK) dan prosentasenya mencapai 50% (gambar 1).
Jenis
plastic yang dicantumkan dalam kemasan POSPAK setidaknya terdiri atas Polietilena
(PE), poliuretan (PU), polipropilena (PP), sodium poliakrilat atau disebut juga
super absorbent polymer (SAP).
Pada
popok sekali pakai, produsen mencantumkan setidaknya 3 jenis plastic yang
digunakan yaitu:
- · Polietilena (PE) adalah polimer termoplastik yang banyak digunakan pada berbagai produk, misal: botol plastic dan susu. Untuk mendegradasi produk PE dibutuhkan waktu hingga 1,000 tahun dan menghalangi degradasi bahan organik yang ada di sekitar dan didalamnya[1]. Percobaan ikan yang diberi senyawa PE menunjukkan terjadinya perubahan genetik pada ikan jantan dan betina. Pada jantan, PE mendorong terjadinya pembentukan koriogenin (protein selaput telur) yang normalnya ditemukan hanya pada betina[2]. Sedangkan betina didorong untuk segera bertelur. Perubahan ekspresi genetik ini akan menyebabkan semakin tingginya prosentase kegagalan pemijahan/fertilisasi. PE juga diduga sebagai penyebab kanker pada manusia.
- Polyurethane dapat melepaskan toluen dan isosianat. Waktu yang dibutuhkan toluene untuk mendegradasi 50% konsentrasinya adalah 14 hari. Dampak paparan toluene terhadap biota air, mulai dari kematian, penurunan berat badan hingga kelumpuhan[3]. Toluene yang menyebabkan permasalahan paru dan isocyanates yang menyebabkan iritasi paru-paru, iritasi kulit[4], dan kesulitan bernafas[5]
- Sodium poliakrilat (SAP) juga kenal sebagai pengunci air, adalah garam sodium dari asam poliakrilik dan digunakan dalam berbagai produk. Sodium poliakrilat adalah polimer bahan kimia yang dibuat dengan rangkaian rantai komponen akrilat yang mengikat air[6]. Akrilik adalah istilah yang digunakan pada termoplastik yang berbahan dasar minyak bumi dan nama yang umum digunakan poliakrilat[7]. SAP sebelumnya digunakan pada pembalut namun karena menyebabkan dengan sindrom keracunan (Toxic Shock Syndrome) maka dilarang digunakan[8]. Penggunaan popok dalam jangka waktu yang lama menyebabkan bakteri tumbuh dan meningkatkan resiko infeksi TSS. Pegawai yang bekerja pada pabrik yang menghasilkan poliakrilat menderita kerusakan organ (wanita), kehilangan berat badan secara drastis dan kelelahan. Karena kemampuan serapnya yang sangat ekstrem, poliakrilat juga menyerap kelembaban dari kulit dan menyebabkan ruam dan menyebabkan pendarahan pada jaringan pada kantung buah pelir dan perineal.
Bahan
tambahan (atau bahan kimia non polimer) yang produk plastic, residunya berkisar
antara sangat rendah (100 ppm) hingga sangat tinggi (40,000 ppm) bergantung
pada proses produksi. Jumlah dan jenis bahan tambahan yang diberikan sangat
bervariatif, sebagai contohnya polipropilena (PP) dan polietilena (PE) sejumlah
10%. Bahan tambahan bersifat beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia dan
lingkungan, seperti BFR (Brominated Flame Retardant) dan plasticizer. Keduanya
memiliki dampak jangka panjang dan diklasifikasikan sebagai beracun untuk
reproduksi dan senyawa pengganggu hormone (SPH)[9].
Plasticizer
yang salah satunya adalah ptalat ditambahkan dalam plastic. Tujuannya adalah
untuk menambah elastisitas dari plastic itu sendiri. Phthalate merupakan
senyawa pengganggu hormon. Selain digunakan pada plastic, ptalat juga digunakan
pada pewangi. Paparan yang terus menerus dikaitkan dengan ashma, dan
menyebabkan gangguan perkembangan dan reproduksi. Produk yang mengandung ptalat
dan dibakar melepaskan dioksin dan merkuri sehingga menyebabkan kanker, cacat
lahir, perubahan hormone, penurunan sperma sehat, mandul, endometriosis, dan gangguan system
imunitas[10]
Pada
banyak kampanye terdahulu seringkali dikatakan bahwa dibutuhkan waktu ratusan
hingga ribuan tahun untuk produk berbahan dasar plastic terurai. Namun
penelitian yang dilakukan pada satu decade terakhir menunjukkan bahwa plastic
hanya berubah bentuk menjadi lebih kecil hingga tidak terlihat dengan mata
telanjang (makro – mikro – nano). Baca saja penelitian terakhir yang menyatakan
76% sumber air bersih (PDAM dan air
tanah) tercemar oleh mikroplastik[12].
Degradasi
plastic disebabkan diantaranya oleh paparan sinar matahari (terutama UV),
kelembaban, air, oksigen, panas, bakteri dan tekanan/ stress[13].
Selama proses degradasi panas pada plastic yang mengandung nitrogen (seperti:
nilon dan PU) melepaskan hydrogen sianida. Plastik macam polistirena, polyester
(seperti: PET dan polikarbonat), nilon, dan poliuretan (PU) dapat terdegradasi
hingga bahan awal mereka (monomer)22. Lithner (2011) menemukan bahwa
produk berbahan PU memiliki monomer yang beracun, seperti propilen oksida,
toluene-diisosianat, etilen oksida, 4,4’
– metilenedifenil diisonsianat (MDI).
Tabel 2 Monomer produk PU dan tingkat
racun dan bahaya22
Monomer
|
Tingkat
racun dan bahaya
|
MDI
|
Meningkatkan
kesensitifan pernafasan dan kulit, karsinogenik (2), tingkat racun pada organ
tertentu
|
Etilen
oksida
|
Karsinogenik
(1B), mutagenik (1B), beracun akut
|
Propilena
oksida
|
Karsinogenik
(1B), Mutagenik 1B
|
TDI
|
Akut
toksisitas 2; peningkatan sensitivitas pernafasan, karsinogenik 2
|
Jenis
plastic yang seringkali ditemukan di perairan diantaranya adalah poliuretan
(PU) dan polietelena (PE)[14].
Kedua jenis plastic (PE dan PU) juga digunakan pada POSPAK, hal ini menunjukkan
bahwa sampah POSPAK berkontribusi terhadap mikroplastik yang berada di
perairan.
Tabel 3 Kepadatan bahan plastik yang
sering ditemukan di perairan
Jenis
plastik
|
Singkatan
|
Kepadatan
(g/cm3)
|
Pengembangan
polistiren (Styrofoam)
|
EPS
|
0.01 –
0.04
|
Polietilena
kepadatan rendah
|
LDPE
|
0.89 –
0.93
|
Polietilena
kepadatan tinggi
|
HDPE
|
0.94 –
0.98
|
Polipropilena
|
PP
|
0.83 –
0.92
|
Polietilena
tereptalat
|
PET
|
0.96 –
1.45
|
Poliamida
(nilon)
|
PA
|
1.02 –
1.16
|
Polistiren
|
PS
|
1.04 –
1.1
|
Polimetil
methakrilat (akrilik)
|
PMMA
|
1.09 –
1.2
|
Polivinilklorida
|
PVC
|
1.16-
1.58
|
Policarbonat
|
PC
|
1.2 –
1.22
|
Poliuretan
|
PU
|
1.2
|
Alkid
|
-
|
1.24 –
2.1
|
Poliester
|
PES
|
1.24 –
2.3
|
Politetrafluoroetilena
|
PTFE
|
2.1 –
2.3
|
[1]
O. O. Godfrey. 20014.
Environmental impacts of polyethylene products. https://www.academia.edu/7133077/Environmental_Impact_of_Polyethylene_products. Diakses pada tanggal 21 Mei 2017
[2] Rochman
M. C, Kurobe T, Flores I, Teh J. S. 2014. Early warning signs of endocrine
disruption in adult fish from ingestion ofpolethylene with and without sorbed
chemical pollutants from the marine environment. Sci of Tot Environ: 493:
656-661. http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0048969714009073.
Diakses tanggal 21 November 2017
[3] Nagpal
K.N. 2000. Ambient aquatic life guidelines for toluene. https://www2.gov.bc.ca/assets/gov/environment/air-land-water/water/waterquality/wqgs-wqos/approved-wqgs/toluene-or.pdf.
Diakses tanggal 23 November 2017
[4] DOW.
2014. Product safety assessment:MDI-based isocyanate products. http://msdssearch.dow.com/PublishedLiteratureDOWCOM/dh_0921/0901b803809212af.pdf?filepath=productsafety/pdfs/noreg/233-00448.pdf&fromPage=GetDoc.
Diakses pada tanggal 23 November 2017
[5] Roberta.
2013. The truth about polyurethane. http://blog.thegreenguide.com/the-truth-about-polyurethane/
[6] Al-Nasra
M. 2013.Concrete made for energy conservation mixed with sodium polyacrylates.
Int. J. of Eng. Res. App; 3(5): 601-604
[7] Anonymous.
The many forms of clear plastic. http://www.displays2go.com/Article/The-Many-Forms-Clear-Plastic-5.
Diakses pada tanggal 23 November 2017
[8] Corriher,
Thomas. Toxins in disposable diaperes: dioxin and sodium polyacrylate. http://healthwyze.org/reports/475-toxins-in-disposable-diapers-dioxin-and-sodium-polyacrylate
[9] Lithner
D. 2011. Environmental and health hazard of chemicals in plastic polymers and
products. Disertasi. Department of Plant and Environmental Science. University
of Gothenburg. Swedia. 47 hal
[10] Ecology
Center. Adverse health effects of plastics. https://ecologycenter.org/factsheets/adverse-health-effects-of-plastics/.
Diakses pada tanggal 21 November 2017
[11] Apropedia. Closth
versus disposable diapers. http://www.appropedia.org/Clo1.2th_versus_disposable_diapers. Diakses pada tanggal 21 November 2017
[12] TEMPO. 2017. Hasil riset: air di
Jakarta terkontaminasi mikroplastik. https://tekno.tempo.co/read/906505/hasil-riset-air-di-jakarta-terkontaminasi-mikroplastik. Diakses pada tanggal 24
November 2017
[13] AZOM.
2002. Degradation of polymers. https://www.azom.com/article.aspx?ArticleID=1655.
Diakses pada tanggal 25 November 2017
[14] Duis K,
Coors A. 2016. MIcroplastics in the aquatic and terrestrial environment:
sources (with a specific focus on personal care products), fate and effects.
Environ Sci Eur; 28: 2
info yang sangat bagus kak
BalasHapuskode unik alfamart
test
BalasHapus