Ayam Bumbu Antibiotik: Resep Ajaib Bagi Peternak dan Penyakit Bagi Konsumen

Antibiotik disebut juga sebagai obat keajaiban yang mengubah infeksi penyebab kematian menjadi penyakit yang mudah diatasi. Kenapa antibiotik digunakan pada pakan ternak? Karena antibiotik dapat membunuh atau menghambat bakteri tetapi tidak infeksi virus atau fungi. Tetapi apakah hanya sampai di situ saja kemampuan antibiotik? Penambahan antibiotik berarti pengurangan emisi gas metan, ekskresi nitrogen dan fosfor, meningkatkan kecepatan pertambahan berat tubuh, penurunan kebutuhan pakan untuk peningkat berat tiap unitnya, meningkatkan penyerapan mineral, dan penghematan protein serta energi. Antibiotik yang biasanya digunakan pada peternakan ayam di antaranya adalah avilamycin, bacitracin, bambermycin, lasalocid, monensin, narasin, salinomysin, tylosin, virginiamycin, penicillin, dan tetracyclin. Kemampuan antibiotik untuk meningkatkan percepatan pertumbuhan membuat penyalahgunaan pemakaian antibiotik semakin meningkat.  

Institusi Kesehatan Hewan atau Animal Health Institute (AHI), organisasi perdagangan untuk industri farmasi untuk hewan, melaporkan pada tahun 2006 bahwa anggotanya menjual 11.975 ton antibiotik hewan. Apa yang terjadi ketika sejumlah besar antibiotik dimasukkan ke dalam pakan ternak? Apakah mereka akan membunuh seluruh bakteri patogen yang ada? Tidak semua bakteri patogen mati, dan antibiotik justru menyebabkan berkembangnya populasi bakteri patogen yang resisten atau superbug. Bagaimana caranya?
  1. Mutasi dan menggandakan diri. Bakteri menggandakan diri dengan cepat. Dan pada setiap upaya penggandaan diri, terdapat peluang kecil terjadinya mutasi menjadi bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Menggunakan antibiotik, mudahnya, untuk mendorong pertumbuhan dan menyembuhkan penyakit, menyebabkan bakteri resisten antibiotik untuk bertahan hidup dan menggandakan diri. Kejadian ini menyebabkan bakteri yang resisten semakin meningkat, sementara bakteri yang tidak resisten mati.
  2. Berbagi gen dan penggandaan diri. Bakteri resisten antibiotik, pada beberapa kasus, meneruskan gen resisten kepada bakteri lainnya yang belum pernah tersentuh antibiotik dan mengajarkan mereka bagaimana untuk bertahan terhadap antibiotik tertentu. 
  3. Resistensi silang: sebuah resistensi mendorong terjadinya resistensi terhadap berbagai antibiotik. Kadangkali kemampuan bakteri untuk resisten terhadap sebuah antibiotik menyebabkannya mampu untuk menolak antibiotik lainnya. Mudahnya, bakteri mampu mengenali/berbagi kemampuan dengan tetangganya bagaimana mempertahankan diri dari antibiotik.
  4. Ko-resistensi: sekelompok sifat resistensi yang menyebabkan resistensi terhadap berbagai obat. Kemampuan bakteri untuk 'berjalan-jalan' dan saling bertukar gen, menyebabkannya mampu untuk mengumpulkan berbagai gen resisten dalam sebuah unit yang dapat dipertukarkan. Pada sebuah kasus ektrim, ditemukan bakteri dengan 10 gen resisten terhadap 8 kelas antibiotik yang berbeda-beda. 


Salah satu studi kasus yang menggambarkan berbahayanya masalah bakteri resisten antibiotik adalah Cipro. Cipro adalah salah satu antibiotik yang digunakan untuk melawan bakteri Campylobacter penyebab keracunan makanan, dan menyebabkan penyakit kronis seperti sindrom Guillain-Barre dan arthritis. Campylobacter menginfeksi 2,4 juta orang amerika dan menyebabkan kematian 100 orang/tahun. Tahun 1996, FDA (BPPOM Amerika) mengijinkan antibiotik mirip Cipro digunakan pada peternakan ayam. Tahun 1999, 20% bakteri C. coli pada dada ayam bersifat resisten cipro. Tahun 2001, tingkat resistensi cipro pada Campylobacter manusia meningkat hingga 19%. Tahun 2005, akhirnya FDA melarang penggunaan cipro namun pada saat pelarangan terjadi 30% bakteri E.coli yang terdapat pada dada ayam adalah bakteri resisten cipro. Di tahun 2010, terjadi penurunan bakteri resistensi cipro hingga mencapai 13,5%. Dalam kasus ini, jauh setelah pelarangan penggunaan cipro dilakukan, penurunan bakteri resisten  jumlahnya kecil.


Industri berargumen bahwa permasalahan bakteri resisten antibiotik bukan menjadi masalah karena konsumen mengetahui cara memasak ayam yang benar. Konsumen memang mengetahui caranya, tetapi kontaminasi dapat terjadi melalui peralatan memasak atau air dari pembungkus ayam yang menetes dari kulkas. Pada tahun 2009, Kelompok Penasehat WHO yang bertugas dalam pengawasan terpadu resistensi antimikroba menyatakan bahwa sejumlah besar penelitian menunjukkan pemakaian antimikroba pada pakan ternak menyebabkan resistensi bakteri Salmonella non tipoid dan Campylobacter. Mewabahnya bakteri resisten ini mendapat perhatian besar pada tahun 2011, dimana kalkun menjadi penyebab terjadinya 186 kasus penyakit dan 1 kematian akibat bakteri jenis bakteri Salmonella yang resisten terhadap 4 antibiotik berbeda yaitu ampicllin, streptomycin, tetracycline, dan gestamicin. Selain melalui produk peternakan, pekerja peternakan atau tempat pemotongan hewan dapat membawa bakteri resisten antibiotik ke lingkungannya. Sebuah penelitian di Semenanjung Delmarva menyatakan bahwa potensi pekerja peternakan ayam 'membawa' bakteri E. coli resisten gentamicin 32 kali lipat dan bakteri E. coli yang resisten terhadap berbagai obat 5 kali lipat dibanding pekerja lainnya.

Bakteri dapat berpindah tempat melalui udara atau air bahkan tanah apabila kotoran ternak digunakan untuk mempupuk tanaman dan pada akhirnya menempel pada sayur atau buah. Bahkan serangga (seperti lalat) juga dapat membawa bakteri yang resisten antibiotik dan menyebarkannya ke lingkungan sekitar. Penelitian terakhir yang dilakukan pada tahun 2013 di Sungai Hudson, menemukan bahwa 84% mikroba resisten terhadap ampicillin dan 38% terhadap tetracycline. Bakteri resisten antibiotik patogen yang ditemukan berasal dari genus Pseudomonas, Acinetobacter, Proteus, dan Escherichia. Infeksi oleh bakteri resisten antibiotik hanya diketahui hanya jika penyakit tersebut gagal untuk diobati, tetapi tidak dicatat atau dilaporkan. Satu pengecualian yan terjadi ketika pada tahun 2000 dimana terdapat wabah di Kalimantan ketika 32 atlit renang yang bertanding di Sungai Segama terkena leptospirosis. Resistensi terhadap antibiotik telah menjadi krisis kesehatan publik. Kurang lebih 100.000 orang meninggal/tahunnya dari infeksi, dimana mayoritas terjadi akibat patogen resisten antibiotik, menurut data Infectious Disease Society of Amerika. Superbug resisten terhadap methicillin membunuh 19.000 orang/tahun. Penelitian terakhir juga menyatakan bahwa pasien yang menggunakan antibiotik untuk perawatan penyakit lainnya juga memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mendapat infeksi tambahan dari bakteri resisten seperti Salmonella. 

Selama mencari-cari informasi tetang bakteri resisten antibiotik, saya belum menemukan penelitian mengenai superbug ini di Indonesia. Tetapi melihat kondisi yang ada (limbah rumah sakit/obat-obatan, kotoran ternak, dan industri ke sungai atau TPS) , saya yakin bakteri resisten antibiotik sudah berkembang biak di Indonesia hanya belum terdokumentasi. Menjadi hal yang menarik bila ada penelitian yang menjelaskan penyebaran bakteri resisten ini baik di sungai maupun lokasi lainnya. Tetapi saya lebih tertarik mengenai sebaran serta prosentasi bakteri resisten ini di sungai. Topik ini menjadi menarik, mengingat mayoritas PDAM kita bahan bakunya berasal dari sungai. Nah, seringkali diberitakan bahwa air baku PDAM tidak bebas E. coli yang kemungkinan merupakan jenis yang resisten antibiotik. Apakah ketika kita menggunakan sabun mandi/cuci yang mengandung antiseptik dapat membunuh bakteri resisten antibiotik atau malah menyebabkan bakteri ini menjadi menambah sifat resistennya terhadap antiseptik? Jika pertanyaan ini diteruskan maka tidak akan ada habisnya. Setidaknya untuk mencegah atau mengurangi potensi infeksi, kita harus mulai membiasakan untuk mencuci tangan dengan sabun, membersihkan peralatan masak dengan baik, dan masaklah ayam atau produk peternakan pada suhu 73,9 C.  Dan yang terpenting jangan membuang limbah obat-obatan secara sembarangan. Selamat menikmati hari dan semoga tulisan ini bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA
  • Ash, R. J., B. Mauck, dan M. Morgan. 2002. Antibiotic Resistance of Gram-Negative Bacteria in Rivers, United States. Emerging Infectious Disease, 8(7), 713-716
  • Apata, D.F. 2009. Antibiotic Resistance in Poultry. International Journal of Poultry, 8(4), 404-408
  • CDC. 2011. Investigation Update: Multistate Outbreak of Human Salmonella Heidelberg Infection Linked To Ground Turkey. http://www.cdc.gov/salmonella/typhimurium-groundbeef/010512/index.html
  • Consumer Union. 2014. The Overuse of Antibiotics in Food Animals Threatens Public Health.
  • Cordova, C dan A. Kar. 2014. Playing Chicken with Antibiotics: Previously Undisclosed FDA Documents Show Antibiotic Feed Additives Don't Meet The Agency's Own Safety Standards. NRDC Issue Brief. 
  • Earth Institute. 2013. Antibiotic-Resistant Bacteria Widespread in Hudson River, Study Found. http://www.sciencedaily.com/releases/2013/07/130719085255.htm
  • Li, D., T. Yu, Y. Zhang, M. Yang, Z. Li, M. Liu, dan R. Qi. 2010. Antibiotic Resistance Characteristics of Environmental Bacteria from an Oxytetracycline Production Wastewater Treatment Plant and The Receiving Water. Applied and Environmental Microbiology, 76(11), 3444-3451
  • USDA. 2012. Chicken from Farm to Table.
  • Keep Antibiotics Working. 2010. The Facts of Animal Use of Antibiotics in Agriculture. www.keepantiboticworking.com
  • Food and Water Watch. 2012. Antibiotic Resistance 101: How Antibiotic Misuse on Factory Farms Can Make You Sick. http://documents.foodandwaterwatch.org/doc/antibioticresistance.pdf



Komentar

Postingan Populer