Estrogen: Keberadaan, Nasib dan Sifatnya di Perairan
Estrogen
adalah kelompok senyawa steroid yang memiliki fungsi utama sebagai hormon seks
pada wanita/betina. Estrogen terdapat baik pada jantan maupun betina, baik
manusia maupun hewan (dari katak hingga serangga). Terdapat 3 jenis estrogen
yang secara alami dihasilkan oleh tubuh. Ketiga estrogen itu adalah estrone,
estradiol dan estriol. Dalam sirkulasi estrogen, prosentase estriol berkisar
antara 60 - 80%, estradiol 10 – 30%, dan estrone berkisar antara 10 =- 20%.
Walaupun estradiol memiliki prosentase terkecil namun estradiol merupakan
estrogen terkuat dengan kemampuan 80 kali lipat estriol. Estrogen sintetik adalah hormon yang meniru estrogen
(Christiansen et al., 2002). Estrogen sintetik digunakan secara luas dalam perindustrian, sebutlah PCB, BPA, dan Phtalat (tabel
1). Estrogen sintetik menghasilkan efek yang
sama dengan estrogen yang dihasilkan secara alamiah oleh sistem endokrin. Estrogen sintetik sering
juga disebut sebagai hormon lingkungan atau EDC (Endocrine Disruption Chemicals).
Beberapa peneliti yang melakukan penelitian mengenai pengaruh estrogen sintetik menyatakan bahwa mereka merupakan B3 (bahan beracun dan berbahaya) yang
sangat serius yang menyebabkan gangguan hormon terhadap manusia dan hewan.
Tabel
1. Kelas
estrogen lingkungan (Arukwe, 2011)
Polutan
lingkungan
|
Bahan
kimi industri
|
Bahan
kimia farmasi
|
Campuran
bahan kimia
|
DDT
|
BFR
|
Ethinyl estradiol
|
Limbah domestik
|
Dioxin
|
BPA
|
Diethylstil bestrol
|
Limbah pabrik
|
Kepone
|
Nonionic surfaktan
|
Norgestrel
|
Partikulat udara
|
PCB
|
Endosulfan
|
Gestodene
|
Ekstrak sedimen
|
PAH
|
Ptalat ester - plastik
|
Kontrasepsi
|
Ekstrak jaringan
|
Paraben
|
|||
Insektisida
|
Paraben terdapat dalam kosmetika yang sehari-hari kita gunakan |
Banyak
penelitian telah dilakukan di berbagai negara untuk melihat bagaimana
keberadaan estrogen apabila terlepas di perairan. Konsentrasi estrogen
yang terdapat air memiliki kisaran yang cukup luas antar negara yang satu
dengan lainnya. Untuk estradiol, konsentrasi berkisar antara < 0,05 – 15,5
ng estradiol/L, < 0,1 – 17 ng estrone/L dan < 0,053 – 30,8 ng
ethinylestradiol/L (pil kb) dan hanya sedikit kadar estriol yang dapat terukur yaitu
berkisar antara < 0,1 – 3,4 ng/L (lihat tabel 1). Denmark merupakan salah
satu negara yang memiliki perhatian yang besar terhadap keberadaan estrogen di
perairan umum. Peneliti Denmark melakukan pengukuran pada beberapa sungai dan
danau yang digunakan sebagai reference site atau daerah kontrol dimana tidak
ada atau sedikit sekali adanya limbah. Dalam penelitian ini, estrogen masih
terdeteksi dimana nilai estrone 0,2 – 3,0 ng/L pada semua site, estradiol 0,2 –
0,8 ng/L pada 4 – 5 site dan ethynilestradiol 1,5 ng/L yang hanya ditemukan di
1 site. Salah satu site dimana estrone terdeteksi merupakan daerah hulu sungai,
sehingga kemungkinan adanya sumber lain estrogen yang bukan berasal dari limbah
menjadi pertimbangan. Mikroorganisme
dapat mendegradasi estrogen yang terlepas di perairan. Estradiol dengan cepat
diubah menjadi estrone dalam kondisi aerobik dengan masa masa hidup 0,2 – 8,7
hari pada suhu 20°C. Lebih jauh lagi,
estrone diubah menjadi komponen non estrogen dengan masa hidup dalam jangka
waktu 0,1 – 10,9 hari (35). Kecepatan biodegradasi estradiol bergantung pada
suhu dimana degradasi tercepat tercatat pada musim panas dengan masa hidup 4 –
5 hari. Inkubasi air sungai pada temparatur 10°C dan 20°C menunjukkan bahwa
masa hidup estradiol 2 kali lebih lama pada suhu yang lebih rendah.
Ethinylestradiol mempunyai masa hidup 10 kali lipat lebih lama dibandingkan
dengan estradiol dengan perlakuan dan kondisi yang sama. Selain itu
ethinylestradiol juga kurang dapat terdegradasi pada kondisi aerobik dan masa
hidup ethinylestradiol berlangsung selama 1,2 – 17 hari. Semua steroid memiliki
tekanan penguapan yang rendah dan tidak dapat tervolatilisasi pada lingkungan
perairan. Degradasi dengan fotolisis bisa terjadi, namun dengan kecepatan yang
rendah. Berdasarkan penelitian, estradiol dan ethinylestradiol memiliki masa
hidup selama 120 jam. Dengan perkiraan bahwa terik sinar matahari berlangsung
selama 12 jam, maka masa hidup estradiol dan ethinylestradiol adalah 10 hari
(Christiansen et al., 2002).
BFR (Brominated Flame Retardant) terdapat di sofa |
Ketika
estrogen dilepaskan bersama dengan limbah cair, estrogen sebagian akan terlarut
dalam air dan sebagian lainnya akan terikat dalam sedimen. Beberapa penelitian
di 3 sungai di Inggris menunjukkan pengikatan estradiol dan ethinylestradiol
pada sedimen dasar dan sedimen tersuspensi dengan koefisien ikatan sedikit
lebih besar pada ethinylestradiol. Jumlah dan kecepatan pengikatan sedimen
tersuspensi bergantung kandungan organik dan secara umum disetujui bahwa ukuran
partikel yang semakin kecil dan tingginya kandungan bahan organik menghasilkan
peningkatan pengikatan estrogen. Selain itu, sedimen tersuspensi juga memiliki
kemampuan yang lebih tinggi dalam efisiensi pengikatan dibandingkan dengan
sedimen dasar. Ketahanan
steroid yang terikat pada sedimen dasar sangat bergantung pada kondisi
oksigenasi. Sedimen dasar sungai yang terdapat pada sungai yang tercemar berat
kondisinya mungkin sebagian atau keseluruhan anaerobik. Kondisi ini menyebabkan
estradiol dengan cepat berubah menjadi estrone. Dengan menggunakan sedimen
dasar pada 2 sungai di Inggris, diketahui bahwa estradiol terdegradasi menjadi
estrone dengan masa hidup 8 – 16 jam. Di lain pihak estrone menunjukkan
persistensinya dan tidak adanya reduksi dalam jangka waktu 48 jam. Konversi
estradiol dalam kondisi aerobik lebih cepat dibandingkan dengan kondisi
anaerobik dengan masa hidup 3 kali lebih pendek. Degradasi ethinylestradiol
sangat kecil dan digabung dengan koefisien pengikatan yang lebih tinggi
daripada estradiol, terdapat kemungkinan bahwa ethinylestradiol akan terikat
dan mengendap di sedimen dasar perairan (Christiansen et al., 2002).
DAFTAR PUSTAKA
Arukwe,
A. 2001. Celluler and Moleculer
Responses to Endocrine Modulators and The Impact on Fish Reproduction.
Marine Pollution Bulletin Vol. 42 No. 8 hal 643 - 655
Christiansen,
L.B, Margrethe N. B, dan Christian H. 2002. Feminisation of Fish: The Effect of Estrogenic Compound and Their Fate
in Treatment Plants and Nature. Enviromental Project No 729. Danish
Enviromental Protection Agency
ISTILAH
1. Aerobik: hidup atau terjadi hanya pada kondisi dimana terdapat oksigen
2. Anaerobik: hidup atau terjadi hanya pada kondisi dimana tidak terdapat oksigen
Komentar
Posting Komentar