Eps 1: Estrogen dan Kelainan Reproduksi Pada Pria

Malam tadi saya tertawa terbahak-terbahak karena teman-teman pada mlongo ketika mendengar cerita saya. Saya bercerita bahwa pria sama halnya dengan wanita menghasilkan estrogen. Beragam tanggapan saya dapatkan. Ada yang tertawa terbahak-bahak dan ada pula yang mengira saya mengerjai mereka. Menurut mereka, fakta ini sangat lucu karena selama ini mereka hanya diberitahu bahwa pria menghasilkan testosteron dan wanita dengan estrogennya. Saya juga baru mengetahui fakta ini setelah mengerjakan penelitian tentang estrogen. Baiklah mari kita mulai dengan  sumber estrogen di dalam tubuh pria. Liver, kelenjar adrenalin, jaringan adiposa, dan testis diduga sebagai lokasi dimana estrogen diproduksi. Aromatase adalah enzim yang berperan dalam memproduksi estrogen dari androgen. Ternyata, aromatase dapat ditemukan pada semua jenis sel pada testis pria dewasa (Hess, 2003; Akingbemi, 2005). Estrogen berperan dalam proses pematangan sperma. Pada mencit yang kehilangan estrogen, banyak sel sperma yang sedang berkembang mengalami kematian (Todiodi, 2010). Peristiwa menunjukkan betapa pentingnya peranan estrogen bagi pria. Apa yang terjadi bila estrogen berada dalam konsentrasi yang abnormal?
Peta penyebaran insiden kanker testis (per 100.000) di Eropa Utara pada tahun 1989-1994 (kiri) dan 1998-2003 (kanan). Semakin 'menyala' maka semakin tinggi insiden kanker testis di daerah tersebut (Finnish Cancer Registry, 2007)

Semua yang tidak seimbang itu tidak akan baik. Seringkali kata ajaib ini berdengung di telinga kita. Tetapi kata ajaib ini, merupakan pernyataan yang benar adanya terutama dalam hal estrogen. Seperti yang sudah saya ceritakan, banyak bahan kimia yang dapat mengganggu hormon kita (Endocrine Disrupting Chemicals/EDC).  Gangguan terhadap produksi estrogen maupun testosteron menjadi perhatian dan obyek penelitian ilmuwan di seluruh dunia. Banyak kasus-kasus 'ajaib' yang terjadi di alam menggambarkan pengaruh estrogen terhadap hewan. Nah, kasus 'ajaib'' ini kemudian dihubungkan dengan penyakit yang terjadi pada manusia. Mari kita mulai menghitung kasus 'ajaib' yang terjadi akibat produksi estrogen berlebihan.
  1. Sebanyak 68% populasi dari rusa ekor hitam Sitka di Pulau Kodak (Alaska) dan rusa ekor putih di Lembah Bitterroot (Montana) mengalami kriptorkidisme, kemandulan, dan perubahan
    bentuk tanduk (Bubenik dan Jacobson, 2002; Hoy et al., 2002). Dari penelitian lanjutan yang dilakukan, diketahui bahwa polutan menjadi penyebabnya (Latch et al., 2008)
  2. Berkurangnya tingkat testosteron darah dan ukuran testis pada beruang kutub di Greenland utara dan Svaalbard (Sonne et al, 2006; Oskam et al, 2003). Keanehan ini terjawab ketika dalam jaringan tubuh beruang kutub ditemukan polutan organik yang terakumulasi.
  3. Berkurangnya ukuran penis saat ereksi, berubahan struktur testis, dan menurunnya konsentrasi testosteron aligator yang terpapar  pestisida (DDT, dicofol, DDD, DDE) (Guilette et al, 2000)
  4. Jaringan ovarium pada testis  (testis-ova) burung jantan yang berkoloni di Pulau Burung (Massachuset) turunnya kadar testosteron pada telur burung camar Artik. Peristiwa ini dikaitkan dengan tingginya kadar PCB dan dioksin pada telur burung (Hart et al., 1998; Verboven et al., 2008).  
  5. Interseks pada katak akibat pestisida dan feminisasi pada ikan yang hidup di bawah instalasi pengelolaan limbah (Cheek, 2006; McDaniel et al., 2008; McCoy et al., 2008, Haris et al., 2011). Feminisasi ikan jantan menyebabkan pengurangan konsentrasi testosteron, feminisasi  alat kelamin luar, dan berkurangnya kemampuan berkompetisi dalam mencari betina
Tumbuhnya sel ovum (panah) pada jaringan testis ikan nila (www,mdpi.com)

 Setelah menghitung jumlah kasus 'ajaib' di alam akibat pengaruh estrogen terhadap hewan, maka sekarang mari menghitung pengaruh estrogen pada pria. Mulai berhitung...1...2...3 :
  1. Sel kanker testis (Testicular Germ Cell Cancer/TGC). TGC meningkat sebanyak 400% dalam 40-50 tahun terakhir, terutama pada negara-negara industri. TGC merupakan jenis kanker yang umum diderita oleh pria muda berumur antara 20-45 (Huyghe et al., 2003; Richiardi et al, 2004).
  2. Kriptorkidisme sejak lahir (Congenital Cryptorchidism). Kriptorkidisme adalah kegagalan satu atau dua testis turun ke skrotum. Kejadian kriptokidisme sejak lahir berkisar antara 1-9% dan terus meningkat di berbagai negara (Toppari et al., 2010). Kriptokidisme seringkali berujung pada kemandulan dan peningkatan resiko kanker testis pada usia lanjut.
  3. Hipospadia. Kelainan ini terjadi ketika lubang uretra berada di bagian bawah penis dan bukannya di ujung. Insiden ini mengalami peningkatan di Amerika, Australia, dan Eropa (Kallen et al., 1986; Paulozzi et al., 1999; Toppari et al., 2001; Nassar et al., 2007; Lund et al., 2009). Walaupun insiden ini terbilang jarang ditemukan karena kebanyakan tidak dilaporkan (Toppari et al., 2001).
  4. Kualitas semen. Pada beberapa penelitian, diketahui bahwa 20-40% pria muda memiliki konsentrasi semen dibawah standar ahli kesehatan pria tentang fekunditas yang baik (40 mil/mL). Survei ini dilakukan pada pria muda di Nordik, Baltik, German, Spanyol, dan Jepang (Bonde et al., 1998; Guzick et al, 2007; Skakkeback et al, 2010). Pria dengan penghitungan sperma kurang dari 40 mill/mL dinyatakan sub-fertil. Fekunditas (kemampuan untuk bereproduksi) pria yang kurang dar 40 mill/mL akan berkurang secara drastis 
  5. Sindrom Disgenesis Testis (Testicular Dysgenesis Syndrom/TDS). Penderita TGC seringkali juga mengidap kriptorkidisme, rendahnya kualitas semen, dan hipospadia. Dimana hal ini menunjukkan bahwa keempat kelainan ini merupakan faktor resiko untuk satu dan lainnya (Boisen et al, 2004; Jacobsen et al., 2006). Kelimanya dapat  dihubungkan dengan kondisi yang disebut dengan TDS yang terjadi pada janin (Skakkeback et al., 2007; Moller dan Skakkeback, 1999) yang disebabkan racun lingkungan.
Kriptokidisme adalah salah satu sindrom yang disebabkan oleh kontaminan lingkungan (www.gfmer.ch)

Saya jadi teringat salah seorang teman yang men-tag suatu artikel bahwa pada suatu saat pria akan punah. Bila melihat rentanya seorang pria terhadap estrogen dan besarnya pencemaran lingkungan sekarang, saya pikir tidak lama lagi judul artikel itu terjadi. Pada artikel yang baru saya temukan, ternyata perubahan rasio antara pria dan wanita juga dipengaruhi oleh pencemaran estrogen (ini bahan tulisan saya selanjutnya). Ya, pria punah bukan karena bencana alam, tetapi karena bencana kimia. Apakah teman-teman saya masih bisa tertawa setelah membaca tulisan saya kali ini dan masihkah mereka tidak peduli?   
 
DAFTAR PUSTAKA

  • Akingbemi, B. T. 2005. Estrogen Regulation of Testicular Function. Reproductive Biology and Endocrinology, 3, 51-63
  • Boisen, K. A,  M. Kaleva, K. M. Main, H. E. Virtanen, A. M Haavisto, I. M. Schimdt, M. Chelakooty, I. N. Damgaard, C. Mau, M. Reunnanen, N. E.Skakkeback, J. Toppari. 2004. Diffrence in Prevalence of Congenital Cryptorchidism in Infants Between Two Nordic Country. Lancet, 363(9417), 1264-1269
  • Bonde, J.P. E, E. Ernst, T. K. Jensen, N.H. I. Hjollund, H. Kolstad, T. B. Henriksen, T. Scheike, A. Giwercman, J. Olsen, N. E. Skakkeback. 1998.  Relation Between Semen Quality and Fertility: A Population-Based Study of 430 First-Pregnancy Planners. Lancet, 352(9), 1172-1177
  • Cheek, A. O. 2006. Subtle Sabotage: Endocrine Disruption in Wild Population. Revista de Biologia Tropical, 54, 1-19
  • Bubenik, G. A dan J. P. Jacobson. 2002. Testicular Histology of Cyrptorchid Black-tailed Deer (Odoceilius hemionus sitkensis) of Kodak Island. Z.Jagdwiss, 48, 234-243
  • Guilette, L. J, D. A. Crain, M. P. Gunderson, S. A. E. Kools, M. R. Millnes, E. F. Orlando, A. A Rooney, dan A. R. Woodward. 2000. Alligator and Endocrine Disrupting Contaminant: A Current Perspective. American Zoologist, 40(3), 438-452
  • Harris, C.A, P. B. Hamilton, T. J. Runnalls, V. Vinciotti, A. Henshaw, D. Hodgson, T. S. Coe, S. Jobling, C. R. Tyler, J. P. Sumpter. 2011. The Consequences of Feminization in Breeding Groups of Wild Fish. Environmental Health Perspectives, 119(3), 306
  • Hart, C. A, M. E. Hann, I. C. T. Nisbet, M. J. Moore, S. W. Kennedy, D. M. Fry. 1998. Feminization in Common Terns (Sterna hirundo): Relationship to Dioxin Equivalents and Estrogenic Compounds. Marine Environmental Research, 46(1), 175-176
  • Hoy, J. A, R. Hoy, D. Seba, T. H. Kerstetter. 2002. Genital Abnormalities in White-tailed Deer (Odoceilius virginianius) in West Central Montana: Pesticide Exposure as Possible Cause. Jounal of Environmental Biology, 23(2), 189-197
  •  Huyghe, E, T. Matsuda, dan P. Thonneau. 2003. Increasing Incidence of Testicular Cancer Worldwide:  A review. Journal of Urology, 170(1), 5-11
  • Kallen, B,  R. Bertollini, E. Castilla, A. Czeizel, L. B. Knudsen, M. L. Martinez-Frias, P. Mastroiacovo, dan O. Mutchinik. 1986. A Joint International Study on The Epidemiology of Hypospadias. Acta Paediatrica Scandinavica Supplement, 324, 1-52
  • Latch, E.K, R. P. Amann, J. P. Jacobson, O. E. Rhodes. 2008. Competing Hypotheses for The Ethiology of Cryptorchidism in Sitka Black-tailed Deer: An Evaluation of Evolutionary Alternatives. Animal Conservation, 11(3), 234-246 
  • Lund, L, M. C. Engebjerg, V. Ehreinstein, M. Norgaard, H. T. Sorensen. 2009. Prevalences of Hypospadias in Danish Boys: A Longitudinal Study, 1977-2005. European Urology, 55(5), 1022-1026
  • McCoy, K. A, Bortnick L. J, C. M. Campbell, H. J. Hamlin, L. J. Guillette, C. M. St-Mary. 2008. Agriculture Change Gonadal Forms and Function in Toad Bufo Marinus. Environmental Health Perspectives, 116(11), 1526-1532
  • McDaniel, T. V, P. A. Martin, J. Struger, J. Sherry, C. H. Marvin, M. E. McMaster, S. Clarence, G. Tetreault. 2008. Potential Endocrine Disruption of Sexual Development in Free Ranging Male Northern Leopard Frog (Rana pipiens) and Green Frog (Rana clamitans) From Areas of Intensive Row Crop Agriculture. Aquatic Toxicology, 88(4), 230-242
  • Moller, H dan N. E. Skakkeback. 1999. Risk of Testicular Cancer in Subfertile Men: Case-Control Study. British Medical Journal, 318(7183), 559-562
  • Oskam, I. C, E. Rostad, E. Dahl, E. Lie, A. E. Derocher, O. Wiig, S. Larsen, R. Wiger, J. U. Skaare. 2003. Organochlorines Affect The Major Androgenic Hormone, Testosterone, in Male Polar Bears (Ursus maritimus) at Svalbard. Journal of Toxicology and Environmental Health-Part A, 66(22), 2119-2139
  •  Paulozzi, L. J. 1999. International Trends in Rates of Hypospadias and Crytorchidism. Environmental Health Perspectives, 107(4), 297-302
  • Richiardi, L, R. Bellocco, H. O. Adami, A. Torrang, L. Barlow, T. Hakulinen, M. Rahu, A. Stengrevies, H. Storm, S. Tretli, J. Kurtinaitis, J. E. Tyczynski, O. Akre. 2004. Testicular Cancer Incidence in Eight Northern European Countries: Secular and Recent Trends. Cancer Epidemiology Biomarkers and Prevention, 13(12), 2157-2166
  • Todiodi, Mina. 2010. The Effects of Exogenous Estrogens on Estrogen Reseptors in Male Reproduction System. IJHS, 1, 73-82
  • Skakeback, N. E. 2010. Normal Reference Ranges For Semen Quality nd heir Relations to Fecundity. Asian Journal of Andrology, 12(1), 95-98
  • Skakkeback, N. E, E. R. D. Meyts, N. Jorgensen, K. M. Main. H. Leffers, A. M. Anderson, A. Juul, T. K. Jensen, J. Toppari. 2007. Testicular Cancer Trends as 'Whistle Blower' of Testicular Developmental Problems in Population. International Journal of Andrology, 30(4), 198-204






Komentar

Postingan Populer