Heart Break Story: MUNGGUT LAGI

Pagi itu, seorang teman memberi tahu bahwa ikan Kali Surabaya munggut alias mati massal. Dikatakan bahwa ikan munggut terjadi di daerah Kebon Sari hingga Gunung Sari. Saya dan teman bergegas menuju daerah Jambangan yang berada di sekitar jembatan tol Gunung Sari. Sepanjang perjalanan, mulai dari jembatan Karang Pilang hingga Pereng, kami melihat beberapa ikan yang mati dan terbawa arus. Mayoritas ikan yang kami temui adalah tawes/bader, baik putih (Barbonymus gonionotus) atau merah (B. balleroides). Saya menemukan 20an orang yang sedang melakukan persiapan latihan mendayung. Namun saya tidak menemukan orang-orang yang mencari ikan di pinggir kali.  Tidak berapa jauh dari lokasi ( kurang lebih 20 m) berkumpul 7 orang yang sedang membersihkan ikan. Ketika saya mendekati mereka, terlihat tumpukan ikan dalam kotak pendingin styrofoam berukuran 20 liter. Sedih saya melihat tumpukan ikan yang terdapat pada kotak pendingin mereka.

Ikan-ikan yang tertangkap adalah ikan-ikan asli Kali Surabaya yang mulai sulit ditemukan, seperti sili dan jendil. Setelah berbincang sebentar dengan mereka, kami bergegas bergerak ke DAM Gunung Sari milik Perum Jasa Tirta. Menuju ke sana., jembatan yang menghubungkan antara Ketintang dan Gunung Sari, padat dengan pengemudi. Padatnya pengemudi disebabkan karena para pencari ikan dadakan ini memarkir kendaraannya di pinggir jalan. Selain itu, para pencari ikan mulai menggelar dagangannya di sepanjang trotoar. Puluhan indukan ikan baung dan bader berjejer dipajang di pinggiran trotoar dan orang-orang bergantian datang, melihat dan membeli. Sedangkan di sepanjang sungai, puluhan orang berkumpul membawa jaring, ban, sak, untuk menangkap ikan. Puluhan penangkap ikan itu, berbaur dengan pencari berita dan petugas Jasa Tirta yang bertugas untuk memeriksa kondisi ini. Kami bergegas mengambil sampel air di beberapa titik dan mengirimkannya ke laboratorium Jasa Tirta Lengkong.

Selain mengambil sampel air, kami juga melakukan wawancara dengan beberapa pencari ikan dan teman-teman Perum Jasa Tirta. Dari wawancara yang kami lakukan didapatkan beberapa informasi penting mengenai peristiwa ikan munggut tahun ini. Berikut ini adalah informasi yang kami dapatkan dan rangkum:
  1. Mulai jam 12.00-20.00 (tangal 12 November 2013) terjadi hujan lebat di daerah sekitar Wringinanom (yang merupakan hulu Kali Surabaya). Malam itu, merupakan malam dimana hujan pertama terjadi dalam jangka waktu yang panjang dan deras.
  2. Jam 2 dini hari (tanggal 13 November 2013) petugas PDAM Karang Pilang melihat sungai yang dipenuhi dengan minyak dan berwarna kehitaman. Pada saat yang bersamaan, di bawah jembatan Gunung Sari mulai terdapat banyak ikan yang munggut.
  3. Pada jam 6 pagi di Jambangan, pemancing dan warga sekitar telah berkumpul di pinggir sungai untuk menangkap ikan. Peristiwa munggut kali ini merupakan yang kedua kalinya dalam 5 tahun terakhir. Peristiwa munggut pertama pada Mei 2012, dimana jutaan ikan Kali Surabaya mati akibat buangan PG Gempol Kreb. Berdasarkan keterangan Suyandi (35 tahun), dalam waktu 2 jam, bisa mendapatkan 4 kuintal ikan. Untuk tahun ini, dia hanya bisa mendapatkan 50 kilo. Berbeda dengan tahun lalu, tahun ini 70% ikan yang tertangkap adalah ikan-ikan berukuran kecil.
  4. Berdasarkan informasi yang diberikan oleh salah satu petugas Jasa Tirta, hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh PDAM menunjukkan terjadinya peningkatan detergen (surfaktan anionik) dalam konsentrasi yang signifikan. Banyak industri yang menggunakan surfaktan, namun industri kertas dan deterjen/sabun merupakan pengguna terbesar. Di sepanjang Kali Surabaya merupakan tempat berkumpulnya pabrik kertas dan terdapat 1 industri sabun/deterjen yang dengan kapasitas produksi besar.




Dari rangkuman informasi berbagai pihak dapat disimpulkan bahwa kematian ikan di Kali Surabaya kali ini disebabkan oleh buangan limbah industri. Hujan pertama ini selalu menjadi kesempatan besar bagi industri untuk membuang limbahnya tanpa diolah. Ketaatan abal-abal industri harusnya menjadi pertimbangan dan fokus bagi institusi pemerintah dalam rangka 'membenahi' Kali Surabaya. Penyelesaian peristiwa munggut 2012 juga menjadi ukuran kelonggaran pemerintah terhadap pelanggaran industri di Kali Surabaya. Tidak adanya industri yang diseret ke pengadilan memberi sinyal bahwa Kali Surabaya aman untuk dicemari. Peristiwa tahun ini menjadi sangat penting, karena waktu terjadinya merupakan waktu bagi ikan untuk memijah dan belum pulihnya populasi ikan yang hilang akibat peristiwa munggut tahun lalu. Belum pulihnya populasi ikan akibat peristiwa munggut tahun lalu terlihat dari jumlah tangkapan nelayan Brantas yang menurun drastis. Bila pada tahun 2012 sebelum peristiwa munggut, nelayan bisa mendapatkan 60 kilo ikan/stasiun pengamatan (jarak antar stasiun 5 km). Namun pada saat monitoring dampak munggut di bulan Januari 2013 (hampir 1 tahun berikutnya), dalam 1 stasiun pengamatan hanya didapatkan 12 kilo ikan. Pemulihan Kali Surabaya berlangsung tahunan dan partisipasi berbagai pihak sangat diperlukan, terutama bagi dinas perikanan. Langkah pemerintah selanjutnya dalam menyikapi peristiwa munggut tahun ini sangat ditunggu karena ini akan menjadi pembuktian keseriusan pemerintah untuk mengelola sungai terutama Kali Surabaya dan slogannya yang menyatakan bahwa pengelolaan sungai terbaik ada di Jawa Timur.  


Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer