Melihat Potensi Konservasi Ikan di DAM Rolak Songo


Pintu air DAM Rolak Songo
DAM Rolak Songo merupakan satu dari banyak DAM yang berdiri dan mengubah aliran Kali Brantas. DAM ini menjadi titik nol Kali Porong yang terkenal akan buangan lumpur  Lapindonya. Pengelolaan DAM Rolak Songo dijalankan oleh Perum Jasa Tirta (PJT). Pengaturan buka - tutup 8 pintu air  juga ditentukan oleh PJT selaku pengelola. Kehidupan di sekitar DAM ini sangat ramai. Di pagi dan sore hari, jalanan penuh dengan motor dan mobil yang berangkat dan pulang. Deretan warung-warung makan dengan menu khas ikan kali menjadi pemandangan yang umum terlihat.Plengsengan sepanjang 500 meter di kiri dan kanan sungai tadinya dibangun untuk mencegah terjadinya longsor. Namun sekarang, plengsengan itu ambrol dan pada nyatanya tidak bisa menahan terjadinya longsor karena derasnya arus air yang melewati pintu-pintu air DAM. Penerapan eko-hidrolika bisa menjadi alternatif pencegahan longsor yang tepat dan efektif untuk menggantikan plengsengan yang ada selama ini.

Perbaikan pada plengsengan kiri yang longsor
Plengsengan kanan yang mulai longsor
DAM Rolak Songo, juga menjadi pusat perdagangan ikan. Bakul-bakul ikan memberikan uang muka kepada nelayan untuk menangkap ikan untuk mereka. Mereka biasanya diberi uang 'muka' sebesar 100 ribu rupiah dan beras untuk setiap perahu. Sebagai imbal baliknya, nelayan harus menyetorkan seluruh hasil tangkapannya pada si bakul. Satu orang bakul ikan biasanya memiliki 2 - 4 nelayan ikan. Mereka mencari ikan dengan jaring lempar, akan tetapi ada pula yang menggunakan setrum. Selain nelayan, aktivitas mencari ikan juga dilakukan oleh pemancing. DAM Rolak Songo tidak pernah sepi dari pemancing, setidaknya ada 2 sampai 3 pemancing di pagi hari dan lebih dari 3 pemancing di sore hari. Umpan yang digunakan biasanya adalah lumut dan mencarinyapun mudah. Pemancing tidak perlu membeli lumut, cukup dengan mencari di antara genangan-genangan yang terbentuk, pemancing bisa menemukan lumut.

 Ada satu jenis ikan yang khas dan hanya bisa ditemukan di DAM Rolak Songo. Ulo (Laides longibarbis) merupakan anggota dari ikan jenis lele dengan famili Schilbeidae. Walaupun dia termasuk dalam golongan ikan lele, ikan ini memiliki panjang maksimal 14-15 cm. Ketika pintu air dibuka, ulo akan berloncatan dan berusaha melawan arus yang keluar dari pintu air. Belum ada penelitian yang menyebutkan apakah ikan ini merupakan jenis yang bermigrasi seperti salmon atau sidat. Akan tetapi hal ini menarik untuk dikaji karena banyak bendungan atau DAM yang dibangun sekarang ini tidak memiliki jalan ikan atau fish way.Selain ulo, ikan yang juga banyak terdapat di sekitar DAM Rolak Songo adalah bloso, bader merah,bader putih/tawes, baung, monto/nilem, muraganting, wader, kutuk, dan keting. Bila membeli bloso atau dikenal juga sebagai ikan malas pada bakul ikan, harga perkilonya 60-80 ribu/kilo. Harganya memang mahal, hal ini dikarenakan tekstur halus pada daging dan potensi pemasaran yang cukup luas. Menurut mereka, bloso banyak diminta oleh restoran yang menyajikan chinese food dan hotel berbintang. Kalau kita sedang beruntung, kita bisa menemukan udang air tawar (Macrobranchium rosenbergii) dengan berat minimal 1/2 kilo dan biasanya jumlahnya tidak banyak. Yang menarik adalah udang-udang ini didapatkan dalam kondisi hidup, namun sayangnya beberapa pencari udang mencari dengan menggunakan setrum.

 
 Kondisi sungai DAM Rolak Songo merupakan kondisi yang ideal bagi ikan untuk berpijah dan hidup. Dasar sungai yang berupa bebatuan, menjadi syarat utama bagi ikan-ikan litofil (menempelkan telurnya pada bebatuan di dasar sungai). Walaupun musim kemarau, 50% bagian sungai masih tertutup air sehingga ikan masih dapa hidup. Ketersediaan makanan bagi ikan, seperti lumut dapat dengan mudah ditemui dan dalam jumlah yang besar. Selain berbagai kelebihan yang dimiliki, DAM Rolak Songo juga memiliki banyak kekurangan. Adanya warung makanan dan penjual minuman menyebabkan banyak sampah, dan lokasi pembuangan yang mudah adalah DAM itu sendiri. Penangkapan ikan dengan setrum juga menjadi ancaman penting bagi daerah ini. Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, peribahasa ini sangat tepat bagi kegiatan setrum-menyetrum. Kegiatan menyetrum ikan, selain membunuh ikan dalam berbagai ukuran, juga membunuh telur-telur ikan. Ancaman lainnya muncul ketika musim penghujan tiba, dimana debit air meningkat dengan  cepat. Untuk mencegah banjir, pintu air akan dibuka dan jumlahnya sangat bergantung volume air yang ada. Bila pintu air dibuka (seluruhnya) maka telur telur ikan yang ditempelkan oleh induk ikan di awal musim penghujan akan terbawa arus. Sedangkan bagi anak ikan yang baru menetas mereka akan terbawa arus dan mati bila tidak menemukan lokasi yang sesuai atau langsung mati terkena derasnya arus.Bahwasanya penting dilakukan pengkajian, seberapa besar debit air yang boleh dilepaskan ketika musim penghujan tiba dengan mempertimbangkan kebutuhan ikan untuk hidup dan berkembang. Karena DAM Rolak Songo menjadi sumber keanekaragaman ikan di hulu Kali Porong


Ulo, ikan khas DAM Rolak Songo




Komentar

Postingan Populer