Sungai: Karakteristik dan Biodiversitasnya


Sungai Junggo di Desa Wonosalam, Jombang
Sungai merupakan salah satu jenis ekosistem perairan tawar dan rentan terhadap perubahan. Defnisi sungai beragam, salah satunya adalah definisi yang terdapat pada PP no. 38 tahun 2011 tentang sungai. Sungai berdasarkan PP no. 38 tahun 2011 adalah alur atau wadah air alami dan/buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu hingga muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Sungai dan sempadannya merupakan ekosistem yang kompleks, dan dapat dilihat sebagai suatu kesatuan interaksi antara 5 komponen utama yaitu habitat fisik, aliran air, rantai makanan, interaksi biologis dan kualitas air. 

Uceng (Nemacheilus fasciatus)
Jokolepo (Acrochordonichtys rugosus)
Sungai dapat diklasifikasikan menjadi 2 berdasarkan atas habitat fisiknya, yaitu ritron dan potamon. Ritron memiliki kecenderungan mengalami perubahan antara riffle (bergolak) dan pool (menggenang). Riffle adalah bagian sungai yang sempit, curam, dan dangkal. Riffle memiliki aliran air yang cepat dan bergolak yang disertai oleh dasar sungai berupa batuan padas, batu, pasir dan terbatasnya vegetasi yang menempel pada batuan. Pool adalah bagian sungai yang tenang, lebar, dan dalam. Aliran air pada pool lebih lambat dan dasar sungai dipenuhi oleh bahan yang berukuran kecil dan halus seperti lumpur dan pasir. Ritron dicirikan dengan suhu yang rendah dan kaya akan oksigen. Pada zona riffle, umumnya makro flora menempel pada batuan. Sedangkan pada pool, tipe makro floranya adalah flora yang berakar, mengapung dan emergent. Mikro flora dan fauna akan membentuk hamparan 'aufwuchs' yang menutupi dasar sungai. Ikan yang hidup pada sungai ritron bersifat reofilik dan terbagi menjadi 2 kelompok utama. Pertama, ikan yang hidup di antara batuan dan vegetasi di dasar sungai dan terdapat pada zona riffle. Ikan-ikan ini berukuran kecil dan beradaptasi untuk melekat pada substrat, seperti ikan jokolepo (Acrochordonichthys rugosus) yang memiliki mulut penghisap. Ikan jenis lainnya adalah ikan seperti sili (Macrognathus aculeatus) dan berot (Mastacembelus unicolor) dengan bentuk tubuh yang memanjang dan memudahkan mereka untuk melilitkan diri di antara lubang yang terdapat pada dasar sungai yang berbatu. Kelompok kedua adalah spesies yang dapat berenang dengan cukup cepat melawan arus dan bergerak melaluinya. Contoh jenis ikan pada kelompok kedua adalah  bader (Barbonymus gonionotus), dan uceng (Nemaicheilus fasciatus).

Sungai Brantas di Desa Minggiran, Kediri
Baetis sp salah satu species Ephemeroptera
Jendil (Pangasius micronemus)
 Potamon dapat dikenali dengan sungai yang lebar, aliran yang berkelok kelok (meandering), dan dasar sungai yang berupa lumpur. Pada potamon, terdapat perbedaan habitat antara zona satu dengan lainnya yang berhubungan dengan aliran yang berkelok-kelok. Tanaman yang terendam, mengapung bebas, dan emergent dapat ditemukan sepanjang tahun. Akar, batang, dan daun yang terendam menjadi tempat hidup bagi tanaman dan hewan lainnya. Dasar sungai yang berlumpur dan tingginya pengendapan kurang memadai bagi kehidupan organisme yang hidup di dasar. Adapun beberapa jenis organisme bentik yang dapat ditemukan adalah moluska, diptera, dan epemeroptera. Saat kemarau datang dimana ketinggian air rendah, terdapat 2 adaptasi bagi ikan untuk bertahan hidup. Memiliki alat pernafasan tambahan menjadi salah satu adaptasi bagi ikan di saat ketinggian air dan oksigen rendah. Contoh ikan yang termasuk dalam kelompok ini adalah ikan lele kali (Clarias batrachus) dan papar (Notopterus notopterus). Kelompok kedua adalah ikan-ikan yang melakukan migrasi ketika ketinggian air menurun. Ikan-ikan jenis ini memiliki strategi pemijahan yang sederhana yaitu melepaskan sejumlah besar telur di daerah rawa banjiran (flood plain) atau menuju hulu sungai. Untuk mencapai hulu sungai, mereka dapat menempuh ribuan kilometer. Contoh ikan dari kelompok ini adalah ikan genus Pangasius dan Prochilodus.

Beragamnya komponen penyusun sebuah sungai menghasilkan interaksi yang kompleks dan rentan antara satu dengan lainnya. Perubahan pada salah satu komponen akan menyebabkan perubahan pada keseluruhan sistem dalam hal ini adalah sungai. Perubahan pada sungai akan menyebabkan perubahan komposisi dan distribusi organisme yang hidup di dalamnya dan yang bergantung pada keberadaan sungai itu sendiri. Manusia adalah organisme yang bergantung pada keberadaan sungai. Sehingga menjaga kelestarian sebuah sungai, berarti menjaga kelangsungan hidup kita sendiri. Selamatkan sungai demi kelangsungan hidup organisme di dalamnya dan terutama kita, manusia yang bergantung kepadanya

DAFTAR PUSTAKA

Odum, E.P. 1971. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta
Welcomme, R. L. 1983. River Basins. FAO Fisheries Technical Paper. www.fao.org/docrep/003/x6841e/X6841E00.HTM
WWF. 2013. Free Flowing Rivers: Economic Luxury or Ecological Necessity. www.wwf.se/source.php?id=1120326






 

Komentar

Postingan Populer